The Dancer’s Village – Chapter 4

The Dancers Village

A short horror novel adapted to Chinese students. Will they survive the internship?

Simplified Chinese

第二天.根据普拉博先生的计划,我们今天逛逛村庄。他们要看实习的地方怎么样。

普拉博先生说:「虽然我的家是在森林里,但我也有念大学。」

瓦秀问:「普拉博先生以前是念什么系?是森林学吗?」

「不是,是农学。」

「但这里没有田地,为什么要学农学呢?」

「你以为如果念农学就要种田了吗?」

普拉博先生的回应,让我们哈哈大笑。委滴雅看着努尔,她也笑了,看起来已经忘掉昨晚的事。

他们到了第一个地点。是个墓地。

委滴雅看到墓地,觉得奇怪。每个墓碑都是被黑布覆盖。

这个墓地的四周都是大树。每个大树的旁边都有一个大石头。每个大石头的前面有一堆贡品。刚刚微笑的努尔,突然安静下来了。她低着头,犹如不想看到一些东西。

「普拉博先生,不好意思,为什么。。」

「我知道你要问什么,为什么这些墓碑用黑布盖着?」

委滴雅点点头。

「这是我们的习俗,让人知道,这里是墓地。」

这到底是什么回答?

「连蠢人也能分辨出墓地和球场」瓦秀低声说。

但是瓦秀的声音不够小,被普拉博先生听到。普拉博先生之前的笑面,变成了冷面。

「希望你们知道你们刚说了什么。」

普拉博先生的一句话,当头棒喝。威马马上向普拉博先生道歉。瓦秀没有说话。

「那我们继续吧。」

努尔跟我们说,她身体不舒服,想要回家。威马不想她自己回家,就陪着她回家了。委滴雅和另外三个同学继续看别的地点。第二个地点是水池,然后是最恐怖的地点。

是一条路。一条很窄的土路。土路两边都是森林。这个地方叫做「地八达拉斯」。

「你们不可以走这条路。」普拉博先生很正经地说。

「但…为什么?」阿雨问。

普拉博先生停了很久。他看起来很想回答,但说​​不出口。

「那边是森林,没有什么东西。我只是怕你们去那边,然后迷路,怎么办?」

委滴雅相信,普拉博先生所说的理由并不是真正的原因。

Traditional Chinese

第二天.根據普拉博先生的計劃,我們今天逛逛村莊。他們要看實習的地方怎麼樣。

普拉博先生說:「雖然我的家是在森林裡,但我也有念大學。」

瓦秀問:「普拉博先生以前是念什麼系?是森林學嗎?」

「不是,是農學。」

「但這裡沒有田地,為什麼要學農學呢?」

「你以為如果念農學就要種田了嗎?」

普拉博先生的回應,讓我們哈哈大笑。委滴雅看著努爾,她也笑了,看起來已經忘掉昨晚的事。

他們到了第一個地點。是個墓地。

委滴雅看到墓地,覺得奇怪。每個墓碑都是被黑布覆蓋。

這個墓地的四周都是大樹。每棵大樹的旁邊都有一個大石頭。每個大石頭的前面有一堆貢品。剛剛微笑的努爾,突然安靜下來了。她低著頭,猶如不想看到一些東西。

「普拉博先生,不好意思,為什麼。。」

「我知道你要問什麼,為什麼這些墓碑用黑布蓋著?」

委滴雅點點頭。

「這是我們的習俗,讓人知道,這裡是墓地。」

這到底是什麼回答?

「連蠢人也能分辨出墓地和球場」瓦秀低聲說。

但是瓦秀的聲音不夠小,被普拉博先生聽到。普拉博先生之前的笑面,變成了冷面。

「希望你們知道你們剛說了什麼。」

普拉博先生的一句話,當頭棒喝。威馬馬上向普拉博先生道歉。瓦秀沒有說話。

「那我們繼續吧。」

努爾跟我們說,她身體不舒服,想要回家。威馬不想她自己回家,就陪著她回家了。委滴雅和另外三個同學繼續看別的地點。第二個地點是水池,然後是最恐怖的地點。

是一條路。一條很窄的土路。土路兩邊都是森林。這個地方叫做「地八達拉斯」。

「你們不可以走這條路。」普拉博先生很正經地說。

「但…為什麼?」阿雨問。

普拉博先生停了很久。他看起來很想回答,但說不出口。

「那邊是森林,沒有什麼東西。我只是怕你們去那邊,然後迷路,怎麼辦?」

委滴雅相信,普拉博先生所說的理由並不是真正的原因。

(Audio is not available, in order to keep the ambiance of the whole story)

This article is presented to you by Superexcellence Chinese Education, a Chinese Language Center located in Harbin, China. You can study Chinese with the native teachers in the native environment here, all for your rapid improvement in Chinese! Click here for more information (tell them that you are from CRG, to get 10% discount)

English Translation

The next day. According to mister Prabu’s plan, this day we should walk around in the village. We should check what the place for the internship is like.

Mister Prabu said: “Even if my home is in the forest, I have studied at the university.”

Wahyu asked: “What subject did you study? Forestry?”

“No, agriculture.”

“But there are no fields here, why did you study agriculture?”

“Did you think that if you study agriculture, you have to grow fields?”

Mister Prabu’s answer made us laugh out loud. Widya looked at Noor, she also laughed, it looked like she had already forgotten about what happened the day before.

They arrived at the first site. It was a graveyard.

Widya saw the graveyard and thought it was weird. Each tombstone was covered by a black cloth.

Big trees grew on all four sides of this graveyard. Next to each big tree was a big stone. In front of every big stone was a pile of offerings to the gods. Noor, who was laughing just a moment ago, had suddenly calmed down. She lowered her head, as if she didn’t want to see these things.

“Mister Prabu, I’m sorry, why …?”

“I know what you want to ask, why these tombstones are covered with a black cloth?”

Widya nodded.

“It’s our custom, so people know this is a graveyard.”

What kind of answer was that?

“Even an idiot can distinguish between a graveyard and a sports field,” Wahyu whispered.

But Wahyu’s voice wasn’t low enough, mister Prabu heard him. Mister Prabu’s smiling face turned into a cold face.

“I hope you know what you just said.”

These words from mister Prabu were a severe warning. Bima immediately apologized to mister Prabu. Wahyu didn’t say anything.

“OK, so I will continue.”

Noor told us that she didn’t feel well, she wanted to return home. Bima didn’t want her to go home by herself, so he followed her home. Widya and the other three students went on to check another site. The second site was a pond, and then there was the most scary site.

That was a road. A very narrow trail. On both sides of the trail was forest. This place was called “Tipak talas”.

“You cannot walk on this trail.” Mister Prabu said seriously.

“But … why?” Ayu asked.

Mister Prabu stopped for a long time. He looked as if he wanted to answer, but no words came out of his mouth.

“There is only forest over there, there is nothing. I am just afraid that if you go there, and then lose your way, what can I do?”

Widya thought that the reason that mister Prabu mention was not at all the real reason.

Indonesia Translation

Hari berikutnya. Mengikuti rencana Pak Prabu, hari ini kita berkeliling desa. Kita mau mengecek kondisi tempat KKN.

Pak Prabu berkata: “Walaupun rumah saya ada di dalam hutan, tapi saya ini pernah belajar di universitas.”

Wahyu bertanya: “Pak Prabu dulu kuliah apa? Kehutanan?”

“Tidak, pertanian.”

“Tapi tidak ada sawah di sini, kenapa kuliah pertanian?”

“Kamu kira kalau kuliah pertanian, harus bersawah?”

Jawaban Pak Prabu membuat kami tertawa terbahak-bahak. Widya memandang Nur, dia juga tertawa, sepertinya dia sudah lupa tentang apa yang terjadi sehari sebelumnya.

Mereka tiba di tempat pertama. Itu adalah sebuah kuburan.

Widya melihat kuburan tersebut dan merasa aneh. Setiap batu nisan tertutup kain hitam.

Pohon-pohon besar tumbuh mengelilingi keempat sisi kuburan ini. Di sebelah setiap pohon besar ada sebuah batu besar. Dan di depan setiap batu besar ada setumpuk sesajen. Nur, yang tertawa beberapa saat yang lalu, tiba-tiba menjadi diam. Dia menundukkan kepalanya, seolah-olah dia tidak ingin melihat hal-hal ini.

“Pak Prabu, maaf, kenapa…?”

“Saya tahu apa yang ingin kamu tanyakan, kenapa batu nisan ini ditutupi dengan kain hitam?”

Widya mengangguk.

“Itu adalah adat kami, jadi agar orang-orang tahu bahwa ini adalah kuburan”

Jawaban macam apa itu?

“Bahkan seorang idiot pun dapat membedakan antara kuburan dan lapangan bola,” bisik Wahyu.

Tetapi suara Wahyu tidak cukup kecil, dan terdengar oleh Pak Prabu. Wajah tersenyum Pak Prabu berubah menjadi dingin.

“Saya harap kamu tahu apa yang baru saja kamu katakan.”

Perkataan Pak Prabu ini adalah sebuah peringatan keras. Bima segera meminta maaf kepada Pak Prabu. Wahyu tidak berkata apa-apa.

“Ayo kita lanjutkan.”

Nur mengatakan kepada kami bahwa dia tidak enak badan, dan ingin pulang ke rumah. Bima tidak ingin dia pulang sendiri, jadi dia menemaninya pulang. Widya dan tiga mahasiswa lainnya melanjutkan pengecekan tempat lain. Tempat kedua adalah sebuah kolam, dan berikutnya adalah tempat yang paling menakutkan.

Sebuah jalan. Sebuah jalan tanah yang sangat sempit. Di kedua sisi jalan itu adalah hutan semua. Tempat ini disebut “Tipak talas”.

“Kalian tidak boleh melewati jalan setapak ini,” kata Pak Prabu dengan serius.

“Tapi … kenapa?” tanya Ayu.

Pak Prabu berhenti cukup lama. Dia tampak seperti ingin menjawab, tetapi tidak bisa mengatakannya.

“Hanya ada hutan di sana, tidak ada apa-apa lagi. Saya hanya takut jika kamu pergi ke sana, lalu tersesat, gimana? “

Widya yakin, alasan yang disebutkan Pak Prabu sama sekali bukan alasan yang sebenarnya.

Photo source here.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top